Set Wahedi.
Begitu semua
mahasiswa memanggilnya. Pembawaannya santai, nyaman dan sedikit nyentrik. Caranya mengajar yang “sedikit nyeleneh” merupakan daya tarik
tersendiri bagi dosen mata kuliah Bahasa dan Sastra Madura ini. Kesan pertama
saat bertemu dengannya yang pasti adalah:
- Terlihat seperti sastrawan
- Pembawaan santai
- Aneh
Sebelum
mengenalnya selama semester satu dan dua, namanya hanya eksis bagi anak-anak
yang memang tertarik pada dunia sastra dan bergabung dalam komunitas Karsa. Beliau sering terlihat nongkrong di pelataran parkiran
Auditorium UTM dengan beberapa mahasiswa, mengobrol santai seolah sama sekali
tak ada batasan antara mahasiswa dengan dosennya. Hal yang aneh karena pada zaman yang begitu menjunjung tinggi stratifikasi
sosial seperti saat ini, melihatnya
yang dengan santai berbicara, mengopi dan berbincang-bincang dengan mahasiswa
lainnya, justru membuatnya terlihat seperti “Alien” di tengah-tengah dunia yang
memang sudah dianggap “normal” seperti saat ini.
Pada pertemuan
pertama (bertatap muka secara langsung) di semester tiga ini pada mata kuliah
Bahasa dan Sastra Madura, semua opini saya selama ini buyar. Awalnya saya pikir
itu hanyalah pencitraan saja seperti para pejabat-pejabat di Tv, tapi sejak
kontrak kuliah dibacakan, peraturan kelas dibuat hingga berakhirnya perkuliahan
pertama, Dia memanglah seperti itu. Santai dan tidak memandang “rumit”
kehidupan yang memng sudah rumit sejak awalnya.
Kami para
mahasiswanya sampai takjub (bahasa lain dari kaget) pada sikap si Dosen satu
ini yang memang sejak masuk kelas saja sudah menarik perhatian (karena datang
telat, LOL >_< ), membuat kami menunggu lama. Namun bukan itu yang
membuat saya dan teman-teman sekelas kehilangan kata-kata, melainkan pada
penjelasannya mengenai alasan dibalik keterlambatannya yang memang lumayan
lama, yaitu: Satu, Beliau awalnya
tidur pada pukul 9 malam. Dua, Beliau
bangun sekitar tengah malam, tiba-tiba mendapatkan ide menulis, lalu mulailah
menulis. Tiga, Beliau tidur kembali,
bangun tidur, mandi, berkhayal ingin menulis, menulis. Beliau benar-benar lupa
bahwa pada pagi ini Dia memiliki kelas dengan 33 mahasiswa yang menunggu dengan
perut lapar karena belum sarapan (HIihihi). Hal pertama yang saya pikirkan saat
mendengar alasannya adalah: Keren.
Dia punya dunia menulis dan imajinasi tinggi yang tidak bisa diganggu oleh
dunia luar.
Selanjutnya pada
pembuatan kontrak kuliah pun sampai membuat kami terkagum-kagum. Beliau tidak
mebuat peraturan yang “muluk-muluk” khas para dosen masa kini. Hanya satu:
apapun tugas yang diberikannya, Jangan Mencontek apalagi sampai Copy Paste dari
“Mbah Google”, karena selain hukumnya memang dosa, juga akan memberikan efek
berkepanjangan bagi si mahasiswa yang melakukannya. Kamu boleh sepintar apapun
dalam mengerjakan UTS maupun UAS, sehebat dan serapi apapun dalam mengerjakan tugas, tapi selama kamu
pernah mencontek satu kalipun, hanya satu kali, maka nama kamu masuk dalam
daftar black list dan nilai maksimal yang akan kamu dapatkan adalah B. Bahkan
kerugian ini tidak hanya akan kamu rasakan selama semester itu saja, melainkan
selama kamu menjadi mahasiswa dengan mata kuliah Dosen Pengampu Set Wahedi,
maka nilaimu tidak akan terselamatkan (Ampuuuuuunnnnnn). Jadi, jangan coba-coba
yaaa….
Akhir kata,
tanpa kata. Hanya satu kata.
Kece.
Bangkalan, 8 September 2016
@aiti_alwa
2 komentar:
Ngomong-ngomong tentang Bahasa dan Sastra Madura jadi berharap semoga nantinya di UTM ada jurusan Sastra Madura ><
Pengen juga sih mbak 😝, tapi ribet mbak.
Saya aja kadang engga ngerti 😂😆
Posting Komentar