/* Start Menu Vertikal*/
SITI HALWAH Kelas XI IPA 1. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Essay dengan Tema: Mengembangkan Pendidikan Litera Bahasa dan Sastra





Mengenalkan Sastra dan Budaya Literasi Kepada Siswa
Oleh: Siti Halwah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

            Saya adalah penggemar Korea pop dan penikmat film-film asing. Saya sama sekali tidak begitu mengenal tentang kebudayaan negara saya sendiri, selain itu beberapa teman yang saya kenal juga memiliki persamaan selera dengan saya. Saya juga lebih menyukai novel-novel populer dan novel-novel remaja yang banyak dijual di pasaran serta merupakan karya dari para penulis muda. Suatu hari, saya tiba-tiba saja berada di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya berpikir mungkin mudah belajar tentang bahasa sendiri, namun saya melupakan 1 fakta yaitu kata “Sastra” pada jurusan yang saya pilihl.
            Saya belum begitu mengenal akan karya sastra juga sastrawan asal Indonesia. Saya hanya mengenal dan tahu sedikit mengenai novel sastra “Sitti Nurbaya” karya Marah Rusli, itu pun dengan pemahaman seadaanya karena selama saya sekolah sejak SD hingga SMA, sistem pembelajaran pada pelajaran bahasa Indonesia tidak pernah sekalipun membahas mengenai sastra, begitu juga sastrawannya.
            Dari pengalaman saya diatas, dapat digunakan sebagai gambaran akan pola dan sistem pendidikan di Indonesia, bahwa sedikit sekali (bahkan mungkin tidak sama sekali) mata pelajaran bahasa Indonesia di beberapa sekolah menganjurkan siswanya untuk membaca karya sastra maupun mengenalkannya kepada sastrawan asal Indonesia. Hal ini menciptakan pola pikir tersendiri dikalangan para siswa (bahkan saya sendiri) yang menganggap bahwa karya sastra hanyalah bacaan orang-orang pada zaman dahulu yang kurang populer dikalangan anak remaja dan biasanya hanya bisa dinikmati oleh para sastrawan maupun para pecintanya saja.

Pendidikan Literasi di Indonesia
            Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis, literasi juga merupakan suatu keterampilan yang dimiliki seseorang dari kegiatan berpikir, berbicara, membaca seta kemampuan identifikasi, mengurai, dan memahami masalah. Di Yanni (1995:40) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis literasi dilakukan dengan mengembangkan gagasan atau ide melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan pada waktu menulis, kemudian mengembangkannya melalui keterhubungan antar-ide dan kontroversi dari setiap ide.
   Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sistem literasi rendah, hal ini dapat dilihat dari data dengan sebuah survey dari program for international students assessment (PISA) dalam pertama kali keikutsertaannya pada tahun 1997 Indonesia disurvey tentang budaya literasi, Indonesia menempati peringkat 40 dari 41 negara yang berpartisipasi. Selanjutnya pada tahun 2000 dalam survey yang sama Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara partisipan. Survey tersebut sudah cukup menjelaskan kurangnya budaya literasi di Indonesia, bahkan kita kalah tingkat literasinya dengan negara-negara ASEAN yang lain sekalipun seperti Vietnam misalnya, negara yang jauh lebih muda dibandingkan Indonesia.
Dalam dunia pendidikan, literasi merupakan hal yang sangat penting, karena menyangkut kemampuan membaca dan menulis. Jika suatu bangsa memiliki rakyat yang gemar membaca dan menulis terutama yang berhubungan dengan karya sastra, lalu mereka ramai-ramai membaca dan mengapresiasi karya sastra tersebut, maka hal ini dapat meningkatkan peradaban bangsa tersebut, karena bangsa yang maju selalu didukung oleh rakyat yang cerdas dan berpengetahuan luas. Hal ini membuktikan bahwa  sastra dan literasi saling berkaitan satu sama lain.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, setiap pendidik seharusnya memberikan target kepada siswanya untuk membaca karya sastra, agar para siswa mengenal karya sastra negaranya sendiri serta para sastrawannya. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia seharusnya lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan untuk kegiatan membaca maupun mengapresiasi beberapa karya sastra, hal ini bisa dilakukan dengan membuat resensi buku, atau sekedar membuat laporan bacaan terlebih dahulu. Mulailah dengan terlebih dahulu mengenalkan karya sastra dan sastrawannya, setelah itu berilah target untuk setiap semester, berapa karya sastra yang harus dibaca oleh para siswa. Hal ini akan membuat para remaja juga masyarakat kita mengenal akan kebudayaannya sendiri, karena dalam karya sastra biasanya selalu memuat akan unsur kebudayaan. Jika suatu hari anda mendapati karya siswa yang tidak mengetahui akan sastrawan dan karya sastra bangsanya sendiri, maka tanyakanlah bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolahnya.
           

Nama: Siti Halwah
Universitas Trunojoyo Madura
Fakultas: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS