/* Start Menu Vertikal*/
SITI HALWAH Kelas XI IPA 1. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Surat Cinta Jilid II



Penuh cinta dalam satu sesi seusai kelas

Assalamulaikum, ibu.

Bagaimana kabarnya, lama tak bersua. Saya baik-baik saja, semoga ibu juga. Oh ya, selamat menempuh hidup baru. Sakinah, mawaddah wa rahmah. Saya tidak mengenal suami ibu, tapi saya percaya, perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik pula. Ibu adalah perempuan yang baik, saya yakin suami ibu pun juga. Semoga dikaruniai keturunan yang shalih dan shalihah.

Ibu, hari ini tepat sehari setelah saya mengumpulkan laporan PLP (Praktik Lapangan Persekolahan) dan delapan hari setelah saya melepas posisi sebagai guru magang di UPTD SMPN 1 Tanahmerah selama 1 bulan 20 hari. Banyak hal yang saya dapatkan, bolehkah saya memabaginya dengan ibu? Sosok pendidik yang menjadi inspirasi saya.

Pertama kali mengajar di sana, sama halnya dengan para pemula lainnya, saya takut, gugup dan memiliki beragam spekulasi dalam kepala saya. 

Bagaimana kalau mereka semua nakal? Bagaimana kalau mereka tidak mendengarkan saya? Bagaimana kalau saya tidak memiliki kecakapan untuk mendidik mereka? Tapi saya mengingat apa yang pernah ibu sampaikan, bahwa sesuatu yang dilakukan oleh hati akan sampai pada hati pula.

Saya mulai mengajar dan tentunya tidak semua siswa menerima saya. Apalagi, saya mendapatkan kelas yang notabene terdiri dari anak-anak hyperaktif yang susah sekali duduk diam.

Saya mencoba menggunakan segala metode, media dan strategi, berharap anak-anak di kelas itu berbaik hati menerima saya. Awalnya sulit sekali, apalagi saya harus terus berpacu untuk menyelesaikan KD dan indikator-indikator dalam RPP. Namun lama kelamaan, saya berhasil menemukan ritme dan momentum saya sendiri. 

Ibu, momentum itu tercipta ketika saya menerapkan cara ibu mengajar di kelas. Di tempat yang sesempit itu, dulu ibu masih menyempatkan diri untuk menatap kami satu per satu, sambil berjalan ke sana ke mari untuk menarik atensi kami sebagai mahasiswa.

Saya menerapkannya di kelas VIII. Membayangkan bahwa saya adalah ibu yang berusaha memahami karakter mereka, mencoba menghafal nama-nama mereka berdasarkan tempat duduk, model rambut, karakter hingga suara-suara yang mereka hasilkan. Dan, itu berhasil!

 
Salah satu surat yang saya tulis


Ketika mereka mengumpulkan tugas pertama kali, saya kembali menerapkan cara ibu dalam menilai, memberikan catatan kecil sebagai apresiasi terhadap kerja keras mereka dalam mengerjakan tugas. Mengirimkan secercah cinta melalui aksara dalam kertas.

Ibu, di hari penutupan masa praktik mengajar, saya menmeukan seorang siswa yang menangis dengan keras. Dengan mata membengkak, dia mendatangi saya, memeluk dan meminta saya untuk kembali mengajar mereka setelah lulus nanti. saya hanya bisa menangis terharu, sama sekali tidak menemukan kata-kata untuk mengungkapkan perasaan saya.

Ibu, saya juga mendapatkan secarik surat yang disampaikan malu-malu oleh seorang siswa. Dia tidak memberikan surat itu secara langsung, tetapi melalui temannya. Rupanya, ia malu dan tidak kuat jika harus memberikan surat itu pada saya secara langsung.

Terakhir, saya juga mendapatkan surat yang digunting hingga berbentuk hati dari seorang siswa laki-laki. Dia berkata dengan suara lirih, jangan lupakan saya ya, Bu Halwah. Saya kembali kehilangan suara saya. Rasa haru tiba-tiba saja menyelimuti dada saya.

Ibu, terima kasih sudah membaca surat ini. Saya berdoa, di manapun ibu berada, ibu selalu dalam lindungan Allah dan berada dalam kebaikan.

Salam saya, mahasiswamu nun jauh di Pulau Madura. 






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS