Mengenalkan
Sastra dan Budaya Literasi Kepada Siswa
Oleh: Siti Halwah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh: Siti Halwah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Saya
adalah penggemar Korea pop dan penikmat film-film asing. Saya sama sekali tidak
begitu mengenal tentang kebudayaan negara saya sendiri, selain itu beberapa
teman yang saya kenal juga memiliki persamaan selera dengan saya. Saya juga
lebih menyukai novel-novel populer dan novel-novel remaja yang banyak dijual di
pasaran serta merupakan karya dari para penulis muda. Suatu hari, saya
tiba-tiba saja berada di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya berpikir
mungkin mudah belajar tentang bahasa sendiri, namun saya melupakan 1 fakta
yaitu kata “Sastra” pada jurusan yang saya pilihl.
Saya
belum begitu mengenal akan karya sastra juga sastrawan asal Indonesia. Saya
hanya mengenal dan tahu sedikit mengenai novel sastra “Sitti Nurbaya” karya
Marah Rusli, itu pun dengan pemahaman seadaanya karena selama saya sekolah
sejak SD hingga SMA, sistem pembelajaran pada pelajaran bahasa Indonesia tidak
pernah sekalipun membahas mengenai sastra, begitu juga sastrawannya.
Dari
pengalaman saya diatas, dapat digunakan sebagai gambaran akan pola dan sistem
pendidikan di Indonesia, bahwa sedikit sekali (bahkan mungkin tidak sama
sekali) mata pelajaran bahasa Indonesia di beberapa sekolah menganjurkan
siswanya untuk membaca karya sastra maupun mengenalkannya kepada sastrawan asal
Indonesia. Hal ini menciptakan pola pikir tersendiri dikalangan para siswa
(bahkan saya sendiri) yang menganggap bahwa karya sastra hanyalah bacaan
orang-orang pada zaman dahulu yang kurang populer dikalangan anak remaja dan
biasanya hanya bisa dinikmati oleh para sastrawan maupun para pecintanya saja.
Pendidikan Literasi di Indonesia
Literasi
adalah kemampuan membaca dan menulis,
literasi juga merupakan suatu keterampilan
yang dimiliki seseorang dari kegiatan berpikir, berbicara, membaca seta kemampuan identifikasi,
mengurai, dan memahami masalah. Di Yanni
(1995:40) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis literasi dilakukan dengan
mengembangkan gagasan atau ide melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan pada
waktu menulis, kemudian mengembangkannya melalui keterhubungan antar-ide dan
kontroversi dari setiap ide.
Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki sistem literasi rendah, hal ini dapat
dilihat dari data dengan sebuah
survey dari program for international students assessment (PISA)
dalam pertama kali keikutsertaannya pada tahun 1997 Indonesia disurvey tentang budaya
literasi, Indonesia menempati peringkat 40 dari 41 negara yang berpartisipasi.
Selanjutnya pada tahun 2000 dalam survey yang sama Indonesia menempati
peringkat 64 dari 65 negara partisipan. Survey
tersebut sudah cukup menjelaskan kurangnya budaya literasi di Indonesia, bahkan
kita kalah tingkat literasinya dengan negara-negara
ASEAN yang lain sekalipun seperti Vietnam misalnya, negara yang jauh lebih muda
dibandingkan Indonesia.
Dalam dunia pendidikan, literasi merupakan hal yang
sangat penting, karena menyangkut kemampuan membaca dan menulis. Jika suatu
bangsa memiliki rakyat yang gemar membaca dan menulis terutama yang berhubungan
dengan karya sastra, lalu mereka ramai-ramai membaca dan mengapresiasi karya
sastra tersebut, maka hal ini dapat meningkatkan peradaban bangsa tersebut,
karena bangsa yang maju selalu didukung oleh rakyat yang cerdas dan
berpengetahuan luas. Hal ini membuktikan bahwa
sastra dan literasi saling berkaitan satu sama lain.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, setiap pendidik
seharusnya memberikan target kepada siswanya untuk membaca karya sastra, agar
para siswa mengenal karya sastra negaranya sendiri serta para sastrawannya.
Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia seharusnya lebih banyak menghabiskan
waktunya di perpustakaan untuk kegiatan membaca maupun mengapresiasi beberapa
karya sastra, hal ini bisa dilakukan dengan membuat resensi buku, atau sekedar
membuat laporan bacaan terlebih dahulu. Mulailah dengan terlebih dahulu
mengenalkan karya sastra dan sastrawannya, setelah itu berilah target untuk
setiap semester, berapa karya sastra yang harus dibaca oleh para siswa. Hal ini
akan membuat para remaja juga masyarakat kita mengenal akan kebudayaannya
sendiri, karena dalam karya sastra biasanya selalu memuat akan unsur
kebudayaan. Jika suatu hari anda mendapati karya siswa yang tidak mengetahui
akan sastrawan dan karya sastra bangsanya sendiri, maka tanyakanlah bagaimana
proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolahnya.
Nama: Siti Halwah
Universitas Trunojoyo Madura
Universitas Trunojoyo Madura
Fakultas: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)