Forum Lingkar Pena |
Menyukai dunia literasi tidaklah cukup hanya dengan menggelutinya seorang diri saja. Kamu juga perlu bergabung dan terhubung dengan orang-orang yang menyukai hal sama denganmu. Ia bisa diwujudkan dalam bentuk organisasi maupun sebuah komunitas.
Bagiku,
mencintai dunia literasi merupakan tantangan tersendiri. Hidup di sebuah
pelosok desa yang notabene jauh dari hiruk pikuk dunia—termasuk buku-buku,
membuatku harus rela hanya bertemu buku-buku usang dari perpustakaan sekolah.
Kadang, dengan sedikit keberanian aku memilih menggunting kertas-kertas berisi
cerita atau artikel yang menjadi pembungkus cabai, hasil dari sampah milik
ibuku yang ia buang sepulangnya dari pasar.
Jatuh
cinta berarti harus berkorban, kan?
Ya,
aku mengorbankan rasa malasku lalu memanfaatkannya untuk mengikis habis rasa
menyerah. Aku berusaha, belajar lebih tekun untuk dapat sekolah dan melanjutkan
kuliah. Nah, di sinilah aku mulai bertemu beragam hal-hal baru, khususnya
dengan FLP.
Bermula
dari perkenalanku dengan Mbak Ani, ketua FLP cabang Bangkalan saat itu di
sebuah organisasi kampus. Kami bertukar sapa, bercengkerama hingga obrolan pun
sampai pada hobi kami yang juga sama: jatuh cinta pada dunia literasi.
Beliau
menjelaskan, bahwa Forum Lingkar Pena di Bangkalan masih tergolong baru.
Sebagian besar anggotanya adalah para mahasiswa baik tingkat awal maupun akhir.
Mereka bergabung untuk saling berbagi wawasaan seputar dunia literasi.
Selama
hampir empat tahun menjadi anggotanya sekaligus untukmerayakan hari jadinya FLP yang ke 22, kali ini aku akan membagikan beragam alasan keren mengapa aku jatuh cinta pada
FLP.
Literasi yang Santun
Aku
adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tugas-tugas
kuliah membuatku harus berhubungan dengan novel-novel dari beragam genre. Awalnya,
tentu saja aku suka. Ini semacam keajaiban untuk memuaskan rasa hausku akan
dunia literasi.
Namun,
lama-lama aku justru mulai jengah. Sebagian besar tema maupun isi cerita
biasanya berhubungan dengan seks—minimal sedikit menyinggungnya. Memang tidak
semuanya, tetapi pilihan novel-novel yang lain pun juga tidak jauh lebih baik.
Mungkin
karena itulah, aku memutuskan untuk beralih ke beberapa novel romansa semi
religi, atau novel yang sama sekali tidak mengandung unsur seksualitas. Sebut
saja karya Asma Nadia, Tere Liye, Habiburrahman, dll.
Sebagian
besar novel mereka begitu memukau. Berisi problematika kehidupan yang dibangun
atas dasar bahasa yang santun. Hal tersebut tentu jarang dijumpai di
novel-novel sastra lainnya. Selain itu, kehadiran mereka juga seolah menjadi
oase bagi orang-orang yang merindukan bacaan yang tidak hanya bermakna, namun
juga dikisahkan dengan bahasa yang santun nan memukau.
Komunitas Bersinergi
Bersinergi
berarti saling menggiatkan satu sama lain. Nah, mengapa aku jatuh cinta karena
alasan ini?
Mudah
saja. Menurutku, selama bergabung (yang baru seumur jagung ini) dengan FLP,
dapat merasakan banyak manfaatnya. Tidak hanya dari anggota di daerah Bangkalan
saja, namun juga di wilayah Jatim hingga di pusatnya, Jakarta.
FLP
saling terhubung satu sama lain. Tidak hanya berbagi tentang dunia literasi,
namun juga seringnya aksi kemanusiaan untuk membantu sesamanya. Komunitasmu
gini juga, ndak?
Beragam Variasi Aktivitas
FLP
di daerahku memiliki banyak aktivitas. Meskipun anggotanya sebagian besar
adalah mahasiswa yang super sibuk, namun kami masih menyempatkan waktu untuk
mengkaji literasi setiap minggu.
Kadang,
diawali dengan bedah buku, diskusi mengenai tema-tema yang happening seputar literasi ataupun kegiatan semi formal seperti
kelas-kelas menulis, dll. Semuanya tentu sangat menyenangkan bagi anak kampung
yang mendadak bertemu dengan habitat impiannya ini.
Coretan di sesi motivasi menulis |
Selain
kegiatan di FLP cabang Bangkalan, ada keistimewaan lain yang diterima oleh setiap
anggota FLP yang ber-NRA (memiliki kartu anggota), yaitu dapat terhubung dengan
WAG (WhatsApp Group) FLP wilayah masing-masing. Contohnya kayak aku yang
berdomisili di Bangkalan, otomatis akan terhubung dengan FLP wilayah Jawa Timur.
Nah,
di grup-grup diskusi semacam inilah, duniaku seolah semakin melebar. Di sana,
kutemui banyak sekali penulis-penulis berbakat yang karyanya tidak hanya tembus
ke penerbit mayor, namun juga lolos hingga ke internasional. Bahkan, ada yang
bolak-balik jalan-jalan gratis ke luar negeri berkat tulisannya.
Oh
ya, selain sebagai tempat berbagi pengalaman dan event lomba, grup-grup diskusi tersebut juga sebagai tempat untuk
kegiatan rutin setiap minggu yang biasanya mengkaji seputar dunia literasi.
Beragam tema akan ditampilkan, seperti; cara mudah menulis resensi, cara menulis
cerpen, kiat-kiat menulis untuk tembus ke media, dll.
Acara-acara Kece
Oke,
alasan ini memang yang paling membuatku jatuh cinta!
Acara-acara
di FLP itu keren banget, apalagi di tingkat wilayah dan nasional. Mulai dari writing camp, hingga ke Munas (Musyawarah
Nasional). Lokasi yang dipilih itu, lho, membuatku yang jarang ke luar pulau
ini mendadak bisa melihat indahnya alam Indonesia.
Writing Camp di Gucialit |
Salah satu yang paling mengena adalah Writing Camp di Gucialit, Lumajang. Di sana, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan para penulis hebat, salah satunya Bunda Sintha Yudisia. Kegiatannya juga asyik. Selama tiga hari penuh kegiatan diisi untuk lebih mendekatkan dengan dunia literasi. Kami diajarkan berbagai trik dan tip menulis serta cara untuk membentuk diri menjadi penulis yang profesional. Kece, kan?
Pokoknya Cinta!
Pokoknya
aku jatuh cinta!
Kalau
kamu nggak percaya, cobalah untuk bergabung dengan FLP di daerahmu. Fyi, FLP ada hampir di setiap daerah di
Indonesia, bahkan ada tingkat rantingnya juga, lho. Jadi, nggak usah takut
karena nggak menemukan komunitas ini. Pasti adadi sekitarmu!
happy yaumul milad ke 22th FLP |
Kerennya
lagi, sekali kamu bergabung dengan FLP, akan ada banyak informasi yang kamu
dapatkan. Senior-senior di FLP nggak pernah pelit berbagi informasi untuk
meningkatkan produktivitas anggotanya.
Cinta,
deh!
Catatan:
"Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba blog dari Blogger FLP pada rangkaian Milad FLP 22Th"